Myanmar Gelar Pemilu Pertama Sejak Kudeta 2021, Dunia Sebut Hanya “Pemilu Bayangan”
KLIKWARTAKU — Pemerintah militer Myanmar mengumumkan akan menggelar pemilu umum pertama sejak kudeta berdarah 2021 pada 28 Desember 2025. Pemilu ini akan digelar secara bertahap, meski banyak pihak menyebutnya sebagai “pemilu bayangan” yang hanya memperkuat kekuasaan junta.
Pengumuman tersebut muncul di tengah perang saudara yang telah melanda Myanmar selama empat tahun terakhir. Pertempuran sengit antara militer dengan kelompok etnis bersenjata membuat sebagian wilayah negara berada di luar kendali pemerintah pusat. Banyak kelompok bersenjata bahkan telah menolak pelaksanaan pemilu di wilayah mereka.
Komisi Pemilihan Myanmar menyebut ada 55 partai politik yang mendaftar, dengan sembilan di antaranya akan bersaing di tingkat nasional. Namun, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi tidak diizinkan ikut serta. Suu Kyi sendiri masih mendekam di penjara setelah ditangkap usai kudeta 2021.
Pemilu Dianggap Tidak Kredibel
Meski junta militer bersikeras pemilu harus digelar, banyak pengamat dan komunitas internasional menilai pemilu ini tidak sah. Tom Andrews, Pelapor Khusus PBB untuk Myanmar, menyebutnya sebagai “ilusi demokrasi” yang dirancang hanya untuk memberi legitimasi palsu kepada militer.
Organisasi HAM, termasuk Human Rights Watch, menegaskan pemilu tidak bisa dianggap kredibel selama kekerasan masih berlangsung, tahanan politik tidak dibebaskan, dan partai oposisi tetap dilarang.
China Dukung, Dunia Mengecam
Pemilu ini mendapat dukungan dari China, tetangga paling berpengaruh bagi Myanmar, yang menganggap stabilitas di negara Asia Tenggara itu sebagai kepentingan strategis utama. Namun, Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat diperkirakan akan menolak mengakui hasil pemilu.
Kondisi Myanmar Memburuk
Sejak kudeta, ribuan orang tewas, perekonomian hancur, dan jutaan warga menghadapi krisis kemanusiaan. Situasi makin sulit setelah Myanmar diguncang gempa besar pada Maret lalu serta pemangkasan bantuan internasional yang membuat masyarakat rentan semakin terpuruk.
Meski demikian, pemimpin junta Min Aung Hlaing menegaskan pemilu akan tetap digelar, bahkan mengancam akan menghukum keras pihak yang mengkritik atau mencoba menggagalkan jalannya pemungutan suara.
Dengan kondisi penuh konflik dan represi, pemilu 28 Desember mendatang diprediksi hanya akan memperkuat cengkeraman junta, alih-alih membuka jalan menuju demokrasi.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage