Zelensky: Rusia Persulit Perdamaian, Trump Dorong Kesepakatan Damai Langsung
KLIKWARTAKU — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa penolakan Rusia untuk menyetujui gencatan senjata telah memperumit upaya mengakhiri perang yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
“Kami melihat Rusia menolak banyak seruan untuk gencatan senjata dan belum menentukan kapan akan menghentikan pembunuhan. Hal ini memperburuk situasi,” kata Zelensky dalam pernyataan di media sosial X.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perubahan strategi besar dengan mendorong tercapainya kesepakatan damai permanen, alih-alih hanya sekadar gencatan senjata.
Usai bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pekan lalu, Trump menulis di Truth Social bahwa “perjanjian damai permanen adalah cara terbaik untuk mengakhiri perang mengerikan ini,” karena menurutnya gencatan senjata seringkali tidak bertahan lama.
Trump diperkirakan akan mendesak langsung Zelensky saat pertemuan mereka di Gedung Putih pada Senin mendatang. Dalam pernyataannya, Trump menekankan bahwa Rusia adalah “kekuatan besar” sementara Ukraina “tidak setara,” sehingga menyarankan Zelensky untuk “membuat kesepakatan.”
Namun, Zelensky sebelumnya telah menolak gagasan menyerahkan wilayah Donbas yang terdiri dari Luhansk dan Donetsk. “Kami tidak bisa mengorbankan wilayah kami, karena itu hanya akan menjadi batu loncatan bagi agresi Rusia di masa depan,” ujarnya.
Sementara Eropa khawatir Trump akan menekan Zelensky agar menerima tawaran damai Putin yang mencakup penarikan Ukraina dari wilayah Donetsk dengan imbalan pembekuan garis depan di Zaporizhzhia dan Kherson.
Meski demikian, Trump menjanjikan jaminan keamanan bagi Ukraina jika kesepakatan damai tercapai, sebuah tuntutan utama Zelensky dan “koalisi negara sahabat” termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris. Kanselir Jerman Friedrich Merz menyebut janji tersebut sebagai “kemajuan signifikan.”
Para pemimpin Eropa menyatakan dukungan atas langkah selanjutnya, yakni melibatkan Zelensky dalam pembicaraan lanjutan. Namun mereka menegaskan bahwa keputusan terkait wilayah harus tetap berada di tangan Ukraina, dan “batas internasional tidak boleh diubah dengan kekerasan.”
Di sisi lain, warga Ukraina merespons dengan rasa kecewa atas pertemuan Trump-Putin. Seorang veteran dari Donetsk, Serhii Orlyk (50), mengatakan, “Saya mengerti dalam negosiasi Anda harus berjabat tangan, tapi karpet merah dan penyambutan meriah itu menyakitkan, tidak masuk akal.”
Pertemuan Zelensky dan Trump di Gedung Putih pada Senin ini akan menjadi ujian diplomasi krusial, sekaligus menentukan arah baru dari konflik Ukraina-Rusia yang masih jauh dari akhir.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini