klikwartaku.com
Beranda Metropolitan Pontianak FKUB Kalbar Soroti Kerusakan Alam akibat Eksploitasi Brutal

FKUB Kalbar Soroti Kerusakan Alam akibat Eksploitasi Brutal

Ketua FKUB Kalbar, Prof. Ibrahum

KLIKWARTAKU – Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) menyoroti kerusakan lingkungan yang ekstrem. Bencana ekologis seperti banjir dan kebakaran hutan serta lahan akibat aktivitas perkebunan dan pertambangan, menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan dan memicu dampak negatif.

Kerusakan lingkungan di Bumi Borneo bukan hanya masalah curah hujan, namun faktor fundamentalnya ialah pembiaran praktik ekstraktif berupa pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan, disamping lemahnya penegakan hukum. Walhi Kalbar menyerukan perlawanan dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan.

“Saat ini krisis iklim tengah melanda seluruh wilayah di Indonesia. Khusus Kalbar, pengerukan sumber daya alam maupun polusi sampah sampai saat ini masih belum teratasi,” ungkap Kepala Divisi Kajian dan Kampanye Walhi Kalbar, Indra Syahnanda

Sebagai upaya mengambil setitik peran, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Barat, Prof. Ibrahim, hadir dalam Rapat Kerja Nasional Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah/Sinode Am Gereja (PGIW/SAG) tahun 2025, berlangsung 7–9 Agustus 2025 di salahsatu Hotel di Kota Pontianak, dan pada 8 Agustus berlanjut di Gereja Kristen Kalimantan Barat.

Dalam forum tersebut, Ibrahim menegaskan bahwa dirinya tidak bermaksud menggurui, melainkan ingin membuka ruang dialog bersama peserta. Dirinya mengaku prihatin melihat masifnya penebangan hutan, kebakaran hutan perkebunan, pencemaran sungai sebabkan pertambangan, hingga polusi udara-kerusakan lingkungan.

“Banjir, tanah longsor, dan kabut asap menjadi ancaman yang hampir tak terelakkan setiap musim kemarau. Bagaimana umat beragama mengatasi semua ini,?” tanya Ibrahim.

Selanjutnya, akademisi IAIN Pontianak menguraikan substansi ajaran seluruh agama untuk menjaga keberlangsungan kehidupan. Dalam Islam, Al-Qur’an, surah Al-Ankabut ayat 57, bermakna alam diciptakan untuk kesejahteraan manusia, bukan dieksploitasi secara liar dan melampaui batas.

Adapun sudut pandang Kristen, Kitab Kejadian, manusia mendapat mandat untuk mengolah bumi dengan bijak. Begitu pula Katolik mengajarkan konsep “rumah bersama” dimana bumi adalah tempat tinggal semua makhluk. Buddha menekankan keterhubungan semua kehidupan. Konghucu, Ajaran Sanchai menggambarkan harmoni dan tanggung jawab manusia terhadap alam. Hindu memiliki konsep dharma dan etika lingkungan yang mengajarkan keseimbangan.

“Seluruh agama hakikatnya mengajarkan cinta kepada alam. Diwujudkan dengan ketaatan kepada Tuhan YME. Tindakan penghancuran lingkungan merupakan bentuk kedurhakaan kepada Sang Pencipta,” tegas Ibrahim.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan