Kasus Jeffrey Epstein Kembali Menghantui Dunia MAGA dan Pendukung Trump
KLIKWARTAKU — Kasus lama Jeffrey Epstein kembali menjadi pusat perhatian di kalangan pendukung garis keras Donald Trump, atau yang dikenal sebagai dunia MAGA (Make America Great Again). Para aktivis dan influencer konservatif merasa dikhianati setelah janji untuk membuka berkas Epstein tak kunjung ditepati oleh pemerintah, termasuk oleh Trump sendiri.
Salah satu tokoh vokal, Jack Posobiec, dikenal karena menyebarkan teori konspirasi Pizzagate pada 2016, mengungkapkan kekecewaannya setelah kunjungannya ke Departemen Kehakiman AS pada Februari lalu hanya membuahkan dokumen usang. Ketika rencana pembukaan informasi baru pada Juli dibatalkan, kemarahan pun merebak.
“Kita semua dijanjikan jawaban. Tapi yang terjadi justru kegagalan total. Kasus Epstein ini benar-benar salah urus,” ujar Posobiec lewat media sosial pada 7 Juli.
Epstein, seorang miliarder yang divonis pelaku perdagangan seks anak, ditemukan tewas dalam sel penjara New York pada 2019. Meski secara resmi dinyatakan bunuh diri, banyak pendukung Trump curiga bahwa pemerintah menyembunyikan fakta besar, termasuk daftar nama tokoh penting yang diduga terlibat.
Konspirasi dan Politik
Bagi pendukung MAGA, kasus Epstein bukan soal korban semata, tapi dianggap sebagai simbol kejahatan sistemik yang dijalankan oleh kelompok “deep state” — elite bayangan yang mereka yakini mengendalikan pemerintah, media, dan kehidupan rakyat.
“Mereka tidak peduli pada Epstein sebagai individu. Yang mereka pedulikan adalah bahwa dia mewakili jaringan kekuasaan gelap yang menguasai hidup kita,” kata Posobiec dalam podcast Breitbart News.
Konspirasi seputar Epstein bahkan menjadi bagian dari teori QAnon, yang mempercayai adanya elite global penyembah setan yang memperdagangkan anak-anak secara sistemik. Epstein disebut dalam banyak pesan Q sejak 2017.
Meski Trump pernah menyatakan siap membuka berkas Epstein, pada Juli lalu pemerintah secara resmi menyatakan tidak ada daftar klien dan menegaskan penyebab kematian Epstein adalah bunuh diri. Trump pun tampak enggan membahas lebih lanjut, menyebut kasus ini “jorok, tapi membosankan”.
Namun, bagi sebagian pendukung fanatik, kasus ini belum selesai.
Retaknya Kepercayaan dalam Basis MAGA
Sebagian pengikut Trump, seperti mantan pembawa acara Tucker Carlson, bahkan menyebarkan dugaan bahwa Epstein bekerja untuk badan intelijen asing. Di sisi lain, teori yang beredar makin ekstrem dan bahkan beraroma antisemitisme.
Mike Rothschild, penulis buku tentang QAnon dan konspirasi era Trump, mengatakan, “Banyak pengikut MAGA benar-benar yakin bahwa Epstein adalah bagian dari jaringan predator global yang seharusnya dihancurkan oleh Trump dan Q.”
Situasi ini kini menjadi dilema bagi Trump. Jika terus mengabaikan tuntutan basisnya soal Epstein, ia berisiko kehilangan sebagian pengaruh. Tapi jika mengikuti tekanan, ia berisiko memperpanjang isu sensitif yang bisa berbalik menyerangnya sendiri.
Baru-baru ini, The Wall Street Journal mengungkap bahwa Trump pernah mengirim ucapan ulang tahun “nakal” kepada Epstein pada 2003. Trump bereaksi keras, bahkan menggugat perusahaan induk media itu.
Di saat bersamaan, ia memposting di Truth Social bahwa ia telah meminta Jaksa Agung Pam Bondi membuka semua kesaksian Grand Jury terkait Epstein — tentu dengan persetujuan pengadilan.
Konspirasi yang Tak Mudah Diredam
Konspirasi ini terbukti sangat mempengaruhi basis pemilih Trump. Sebuah survei PRRI pada 2023 menunjukkan hampir 20 persen warga AS percaya bahwa pemerintah dan media dikuasai oleh kelompok penyembah setan yang menjalankan jaringan perdagangan anak global — narasi inti dari QAnon.
Dengan 80 persen pendukung QAnon juga mendukung Trump, tekanan terhadap mantan Presiden itu makin besar. Influencer MAGA, seperti Posobiec, bahkan ikut dalam kunjungan ke Eropa bersama Menteri Pertahanan Pete Hegseth, menunjukkan betapa dalamnya pengaruh mereka.
Namun, dengan minimnya bukti baru yang muncul dan retorika Trump yang mulai menjauh, kepercayaan sebagian pendukung mulai retak.
“Banyak dari mereka kecewa dan bingung. Mereka merasa Trump tidak menepati janjinya,” ujar Rich Logis, mantan pendukung Trump yang kini mendirikan organisasi Leaving MAGA.
Jika kasus Epstein terus menjadi bahan bakar teori konspirasi, bukan hanya posisi Trump yang terguncang, tapi juga Partai Republik secara keseluruhan. Terutama jika para pengikut fanatik mulai kehilangan arah pelampiasan kemarahan mereka.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage