Prada Kembali Dikritik: Ambil Budaya India dan Kurangnya Pengakuan atas Karya Lokal
KLIKWARTAKU — Brand mewah asal Italia, Prada, kembali menjadi sorotan setelah menampilkan sandal yang menyerupai Kolhapuri chappal (alas kaki tradisional asal India) dalam peragaan busana Milan tanpa menyebut asal-usul desain tersebut. Insiden ini memicu gelombang kritik atas praktik pengambilan budaya tanpa pengakuan yang terus berulang dalam dunia fesyen global.
Kolhapuri chappal merupakan sandal kulit buatan tangan yang telah diproduksi selama berabad-abad di Kolhapur, negara bagian Maharashtra. Namun, Prada dalam koleksi terbarunya tidak memberikan referensi apa pun kepada warisan budaya tersebut. Hingga akhirnya terpaksa mengeluarkan pernyataan resmi yang mengakui asal mula desain sandal dan menyatakan siap berdialog dengan para pengrajin lokal.
Langkah Korektif Prada: Pertemuan dengan Pengrajin India
Sebagai tanggapan, tim Prada bertemu langsung dengan pengrajin dan pedagang Kolhapuri di India, dan mengadakan diskusi bersama Maharashtra Chamber of Commerce, Industry & Agriculture. Prada menyebut pertemuan tersebut sebagai “berhasil” dan terbuka terhadap potensi kolaborasi masa depan dengan produsen lokal.
Meski bentuk kerja sama ini belum jelas, langkah ini tergolong langka—karena merupakan pengakuan eksplisit bahwa brand besar telah mengambil karya tanpa kredit yang layak.
Cultural Appropriation yang Terulang
Kasus Prada hanyalah satu dari banyak kontroversi serupa. Brand seperti H&M dan Reformation juga mendapat kritik karena desain mereka dianggap menjiplak pakaian tradisional Asia Selatan. Sementara Dior dikritik karena menampilkan bordir mukaish India dalam koleksi Paris terbarunya tanpa menyebut asal teknik tersebut.
Kritikus menegaskan bahwa mengambil inspirasi dari budaya lain sah-sah saja, asalkan disertai penghargaan dan pengakuan. Namun, kenyataannya, banyak rumah mode justru menjadikan budaya lokal sebagai alat jual mewah tanpa membayar, mengakui, atau memahami konteksnya.
“Memberi kredit adalah bagian dari tanggung jawab desain. Ini diajarkan di sekolah desain, dan brand perlu sadar akan hal itu,” ujar Shefalee Vasudev, Pemimpin Voice of Fashion.
India: Pasar yang Terus Diabaikan?
Meski pasar mewah India diprediksi tumbuh dua kali lipat hingga mencapai $14 miliar pada 2032, banyak merek besar masih menganggap India sekadar pusat produksi, bukan pasar yang layak digarap secara serius.
“Nama seperti Prada masih asing bagi mayoritas warga India,” kata Arvind Singhal dari Technopak. “Permintaan ada, tapi terbatas di kalangan super-kaya.”
Desainer India, Anand Bhushan, menambahkan selama ini banyak rumah mode dunia mempekerjakan pengrajin India untuk produksi. Namun ironisnya menjual kembali hasilnya dengan harga selangit tanpa pengakuan budaya.
Peluang untuk Refleksi dan Perubahan
Editor Tata CliQ Luxury, Nonita Kalra, menyebut kesalahan Prada sebagai keteledoran yang tampaknya tulus, mengingat upaya brand itu untuk memperbaiki situasi.
Namun, ia menyoroti persoalan yang lebih luas: minimnya keberagaman dalam kepemimpinan industri fesyen global, yang membuat budaya non-Barat dipandang dari kacamata yang sempit.
“Industri ini harus melibatkan orang dari berbagai budaya agar dapat benar-benar memahami dan menghargai apa yang mereka pinjam,” tegas Kalra.
Apresiasi Internal, Kunci Perlindungan Budaya
Banyak pihak menilai bahwa perubahan nyata tidak hanya harus datang dari luar, tetapi juga dari kesadaran internal masyarakat India.
“Kita seringkali menawar juthi bordir tangan seharga murah, tapi rela membeli sepatu Nike produksi massal berkali lipat harganya,” kritik Laila Tyabji, Ketua Dastkar.
Ia menambahkan bahwa selama pengrajin lokal tidak dihargai dan dilindungi, baik secara hukum maupun sosial, maka eksploitasi budaya oleh brand asing akan terus terjadi.
Yah, kasus Prada bisa menjadi momen penting! pemantik diskusi global tentang tanggung jawab kultural dalam industri mode. Lebih dari sekadar kontroversi, ini adalah panggilan untuk reformasi struktural dan apresiasi mendalam terhadap kekayaan budaya yang selama ini dianggap sebagai inspirasi gratis.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage