klikwartaku.com
Beranda Internasional Harapan Damai: Kongo dan Pemberontak M23 Teken Kesepakatan Gencatan Senjata di Qatar

Harapan Damai: Kongo dan Pemberontak M23 Teken Kesepakatan Gencatan Senjata di Qatar

Republik Demokratik Kongo dan kelompok pemberontak M23 menandatangani deklarasi gencatan senjata di Qatar sebagai langkah awal menuju perdamaian permanen di wilayah timur Kongo yang telah lama dilanda konflik. Foto: Tangkapan layer YouTube DRM News

KLIKWARTAKU — Ada secercah harapan bagi perdamaian di kawasan timur Republik Demokratik Kongo setelah pemerintah negara tersebut dan kelompok pemberontak M23 menandatangani kesepakatan gencatan senjata di Qatar pada Sabtu (waktu setempat).

Kesepakatan yang diberi nama Deklarasi Prinsip ini bertujuan sebagai peta jalan menuju penyelesaian permanen atas konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Dalam dokumen, kedua belah pihak berkomitmen untuk menghentikan serangan, menghindari propaganda kebencian, dan tidak merebut wilayah baru dengan kekerasan.

Kesepakatan ini mengharuskan semua isi perjanjian dijalankan paling lambat 29 Juli 2025, dengan rencana perjanjian damai final ditargetkan pada 18 Agustus, sejalan dengan kesepakatan yang dimediasi Amerika Serikat antara Kongo dan Rwanda bulan lalu.

Konteks Konflik yang Mematikan

Konflik di wilayah timur Kongo kembali memanas awal tahun ini setelah pemberontak M23 menguasai wilayah strategis, termasuk kota Goma, Bukavu, dan dua bandara penting di wilayah kaya tambang itu.

Menurut PBB, ribuan orang telah tewas dan ratusan ribu warga sipil mengungsi akibat konflik. Namun M23 membantah angka tersebut dan mengklaim korban tewas tidak melebihi 1.000 jiwa.

Poin Krusial yang Diperdebatkan

Juru bicara pemerintah Kongo, Patrick Muyaya, menyatakan bahwa perjanjian ini tetap memperhatikan “garis merah” pemerintah, termasuk penarikan tanpa syarat M23 dari wilayah yang mereka duduki.

Namun, dalam video di platform X, perwakilan M23 Benjamin Mbonimpa menegaskan bahwa tidak ada poin dalam kesepakatan yang menyebutkan penarikan pasukan mereka, menandakan masih adanya perbedaan pandangan penting.

Dukungan Regional dan Internasional

Uni Afrika menyebut deklarasi ini sebagai “tonggak penting” bagi perdamaian jangka panjang dan stabilitas di kawasan Afrika Tengah. Qatar menyatakan perundingan antara kedua pihak akan terus berlanjut.

Deklarasi juga mencantumkan komitmen untuk mengembalikan otoritas negara di wilayah timur Kongo, langkah krusial untuk mengakhiri kekosongan kekuasaan yang sering dimanfaatkan oleh kelompok bersenjata.

Ini adalah kesepakatan langsung pertama antara pemerintah Kongo dan M23 sejak kelompok tersebut meluncurkan serangan pada awal tahun. Namun, skeptisisme tetap tinggi, mengingat sejarah panjang kegagalan perjanjian damai sebelumnya, termasuk akar kemunculan M23 yang berasal dari kesepakatan damai yang gagal 16 tahun lalu.

Peran AS dan Ketegangan Rwanda-Kongo

Kesepakatan ini juga mengikuti upaya diplomatik sebelumnya di Qatar pada Maret lalu, saat Presiden Kongo Félix Tshisekedi dan Presiden Rwanda Paul Kagame menyerukan gencatan senjata segera.

Amerika Serikat kemudian memediasi kesepakatan lanjutan pada Juni, namun motif ekonomi (terutama akses ke sumber daya mineral Kongo) memicu kritik internasional. Presiden Donald Trump bahkan membanggakan keterlibatan AS dalam perjanjian tersebut.

Belum ada tanggal resmi, namun dikabarkan Tshisekedi dan Kagame direncanakan bertemu Trump di Washington untuk memperkuat proses perdamaian ini.

Apakah kesepakatan terbaru ini akan bertahan dan membawa perdamaian yang nyata, atau akan bernasib sama seperti perjanjian damai yang lalu, masih menjadi pertanyaan besar bagi rakyat Kongo dan dunia.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan