Keluarga Al Fayed Terlibat Sengketa 8 Tahun atas Penthouse Mewah di London
KLIKWARTAKU — Sebuah penthouse mewah di jantung kota London, Inggris, menjadi pusat sengketa hukum panjang antara keluarga mendiang miliarder Mohamed Al Fayed dan pasangan pemilik properti, Alan dan Rosaleen Hodson.
Bertempat di Hyde Park Residence, 55 Park Lane, properti bernilai jutaan pound itu kini menjadi simbol pertikaian delapan tahun yang melibatkan tudingan atap bocor, lift berisik, hingga renovasi yang dianggap gagal.
Sengketa bermula dari perjanjian hukum soal pemasangan lift pribadi pada awal 2000-an. Namun sejak itu berubah menjadi konflik yang melibatkan tuduhan gangguan tidur, sabotase, dan permintaan ganti rugi ratusan ribu pound.
Bangunan Elit, Masalah Sepele?
Hyde Park Residence, terletak di kawasan eksklusif Mayfair, dimiliki keluarga Al Fayed sejak 1980-an melalui perusahaan Prestige Properties (PP) yang berbasis di Liechtenstein. Properti ini hanya selemparan batu dari hotel bintang lima The Dorchester dan pernah dihuni Dodi Al Fayed, putra Mohamed Al Fayed yang tewas bersama Putri Diana.
Namun, kilau kemewahan itu tak sejalan dengan kenyataan. Cat yang mengelupas dan papan nama yang hilang justru menghiasi tampilan luar bangunan, jauh dari janji “kehangatan dan ketenangan” seperti diiklankan situs resminya.
Dari Lift Pribadi ke Sengketa Bernilai Miliaran
Alan Hodson, seorang pengembang properti, membeli penthouse tersebut pada 2004 dan melakukan sejumlah renovasi besar, termasuk pemasangan lift pribadi untuk akses langsung ke unitnya. Namun, menurut dokumen pengadilan, perjanjian hak milik atas lift tersebut tidak dihormati oleh PP.
Ketegangan meningkat saat suara lift lain di gedung dianggap mengganggu waktu tidur Hodson. Terutama karena lift tersebut tetap beroperasi pada malam hari. Pada 2015, manajemen gedung sempat menyetujui untuk menghentikan operasional lift tertentu di malam hari. Namun perselisihan kembali membara setahun kemudian.
Hodson juga mengklaim bahwa usaha memperluas unitnya dengan membangun satu lantai tambahan ditolak PP, meski sebelumnya mendapat dorongan awal. Ia menghabiskan £180.000 untuk perencanaan proyek tersebut.
Tuduhan Balas Dendam dan Atap Bocor
Dalam keluhan hukum, Hodson menyebut bahwa setelah ia mengajukan komplain resmi, lift kembali dioperasikan pada malam hari secara sengaja. Bahkan digunakan 23 kali antara tengah malam dan pukul 2 pagi, yang ia sebut sebagai tindakan “jahat dan disengaja.”
Ia juga mengeluhkan kebocoran atap dan kerusakan pada teras atap akibat pengerjaan renovasi yang buruk, serta menyebut area lorong dan lobi tidak pernah diselesaikan.
Belum Ada Titik Temu
Hingga Maret 2025, konflik belum menemukan titik terang. Dokumen pengadilan terbaru menyatakan bahwa atap masih bocor dan lift masih bising. Sementara itu, pihak PP membantah tuduhan tersebut, menyebut kebisingan lift masih dalam batas wajar dan mereka telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kebocoran.
Namun, PP juga mengajukan gugatan balik senilai £344.000 untuk sewa tanah yang belum dibayar, plus bunga dan biaya hukum sebesar £286.000.
Sengketa Bernilai Kecil, Tapi Berdampak Besar
Jika dibandingkan dengan kekayaan mendiang Mohamed Al Fayed yang diperkirakan mencapai £1,7 miliar saat ia wafat pada 2023, jumlah uang yang diperebutkan mungkin terlihat kecil. Tapi gaya Al Fayed yang terkenal tak pernah mundur dari konflik tampaknya terus diwarisi dalam urusan keluarga dan perusahaannya.
Baik Alan Hodson, Heini Wathen-Fayed, maupun pihak PP dan Grosvenor Estate menolak memberikan komentar resmi terkait kasus ini.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage