ITMI Lumajang, Wujud Ruang Ibadah Inklusif bagi Tunanetra Muslim
KLIKWARTAKU – Di tengah kehidupan masyarakat yang semakin majemuk, komitmen terhadap kesetaraan hak—termasuk bagi penyandang disabilitas—menjadi bagian penting dari pembangunan yang adil dan berkelanjutan. Di Kabupaten Lumajang, Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) hadir sebagai contoh nyata perjuangan komunitas difabel dalam memperjuangkan akses setara di bidang keagamaan.
“ITMI menjadi wadah bagi teman-teman tunanetra muslim untuk tetap bisa beribadah, belajar ilmu agama, dan mempererat silaturahmi,” ujar Ketua ITMI Lumajang, Mukhamad Fatoni.
Didirikan pada 4 Agustus 2024, ITMI Lumajang telah menjadi pelopor dalam menciptakan ruang yang aman, inklusif, dan produktif bagi penyandang disabilitas netra. Organisasi ini tak hanya menjadi tempat berkumpul, tapi juga ruang pengembangan diri dan penguatan nilai-nilai spiritual.
Beberapa program yang telah dijalankan meliputi pelatihan qiroah, seni al-banjari, serta forum silaturahmi rutin antaranggota.
“Kami memulai semuanya secara perlahan dan istiqamah, karena yakin manfaatnya akan meluas, tidak hanya bagi anggota tapi juga masyarakat sekitar,” ujar Fatoni.
Sementara itu, Nanang Abdullatip, Anggota Dewan Kehormatan ITMI Lumajang, menekankan pentingnya pemberdayaan difabel netra agar dapat berkontribusi aktif dalam kehidupan sosial dan keagamaan.
“Melalui kolaborasi dan penguatan jaringan, kami ingin menjadikan ITMI sebagai aktor perubahan. Kami mendorong pembelajaran Al-Qur’an Braille, memperluas akses literatur agama, dan menciptakan ekosistem yang memberdayakan,” jelasnya.
Upaya ITMI sejalan dengan nilai-nilai luhur Pancasila, khususnya prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Inisiatif mereka menegaskan pentingnya ruang ibadah yang inklusif dan partisipasi yang setara dalam kehidupan beragama.
Menurut Dr. Fitriana Latifah, pengamat sosial dari Lembaga Studi Inklusi Nusantara, organisasi berbasis komunitas seperti ITMI berperan strategis dalam menjembatani kebutuhan riil difabel dengan arah kebijakan inklusif.
“Gerakan komunitas seperti ini penting untuk menghapus diskriminasi sekaligus memperkuat kapasitas masyarakat sipil dalam menyuarakan hak-hak difabel,” ujarnya.
Saat ini, ITMI tengah menjalin kerja sama dengan lembaga keagamaan dan pemerintah daerah untuk memperluas akses literatur Islam dalam huruf Braille serta mengembangkan pelatihan Al-Qur’an berbasis audio. Harapannya, tak ada lagi hambatan akses bagi kaum difabel dalam menjalankan keyakinan mereka.
Ke depan, ITMI Lumajang berambisi menjadi pusat pendidikan inklusif berbasis komunitas, menyediakan pelatihan keterampilan hidup, dan membangun karakter spiritual yang kuat.
Dengan dukungan berbagai pihak dan semangat kolektif, langkah-langkah yang mereka tempuh saat ini diharapkan menjadi fondasi bagi terwujudnya masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkeadaban.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage