klikwartaku.com
Beranda Lifestyle Etika Bertamu ke Desa Wisata di Indonesia, Jangan Asal Datang, Kenali Dulu Budayanya

Etika Bertamu ke Desa Wisata di Indonesia, Jangan Asal Datang, Kenali Dulu Budayanya

Foto seorang wisata menggambarkan etika bertamu ke desa wisata di Indonesia

KLIKWARTAKU – Indonesia dikenal dengan keragaman budaya dan keindahan alamnya. Salah satu wujud nyata kekayaan tersebut adalah tumbuhnya desa wisata di berbagai penjuru nusantara. Dari ujung barat di Aceh hingga timur di Papua, desa-desa wisata menawarkan pengalaman autentik bagi para pelancong yang ingin merasakan kehidupan masyarakat lokal, keindahan alam yang belum terjamah, serta kearifan lokal yang masih lestari.

Namun, di balik semua pesona itu, ada satu hal penting yang sering kali terabaikan etika bertamu.

Menjadi wisatawan di desa bukan berarti datang, berfoto, lalu pulang begitu saja. Ada nilai-nilai yang harus dihormati, aturan adat yang perlu ditaati, dan tentu saja penghargaan terhadap warga lokal yang menjadi tuan rumah. Untuk itu, Sobat Klikwartaku, yuk kita bahas tuntas bagaimana seharusnya kita bersikap ketika berkunjung ke desa wisata di Indonesia.

Ingat, Kamu Sedang Bertamu, Bukan Menguasai

Berbeda dengan kota besar yang terbiasa dengan hiruk pikuk dan budaya serba cepat, desa wisata memiliki ritme hidup yang tenang dan penuh tata krama. Para wisatawan sebaiknya menanamkan dalam diri bahwa mereka sedang bertamu ke rumah orang lain, bukan mendatangi wahana hiburan.

“Banyak wisatawan datang dengan ekspektasi tinggi, ingin semua serba tersedia. Padahal, desa wisata bukan hotel bintang lima. Ini tempat orang hidup,” ujar Damar, pengelola Desa Wisata Pentingsari di Yogyakarta.

Pahami dan Hormati Adat Istiadat Setempat

Setiap desa memiliki adat istiadat dan tradisi yang berbeda. Di beberapa desa, berpakaian terlalu terbuka bisa dianggap tidak sopan. Di tempat lain, masuk ke rumah adat tanpa izin bisa memicu ketegangan.

Sebelum berkunjung, penting bagi wisatawan untuk mencari tahu hal-hal mendasar, seperti:

  • Bagaimana pakaian yang pantas?
  • Apakah boleh mengambil gambar sembarangan?
  • Apakah ada ritual yang sedang berlangsung?

Dengan memahami aturan adat, kita tidak hanya menghormati masyarakat setempat, tapi juga melestarikan tradisi mereka dari pengaruh negatif pariwisata masif.

Jangan Asal Foto, Apalagi Eksploitasi

Di era media sosial, banyak wisatawan yang datang ke desa hanya untuk berburu konten. Tak jarang, anak-anak desa, lansia, atau bahkan proses upacara adat dijadikan obyek foto tanpa izin.

Perlu diingat, manusia bukan objek wisata. Minta izin sebelum memotret. Dan jika fotonya diunggah ke media sosial, berikan konteks atau tag yang sesuai. Jangan membuat narasi yang menyimpang atau menggiring opini keliru tentang desa tersebut.

Belanja Produk Lokal, Hargai Karya Warga

Salah satu cara menghargai desa wisata adalah dengan berbelanja produk lokal. Entah itu kerajinan tangan, hasil tani, makanan tradisional, atau jasa pemandu lokal. Jangan menawar terlalu rendah, apalagi membandingkan harga dengan toko online.

Ingat, uang yang kamu keluarkan bukan hanya untuk membeli barang, tapi juga mendukung ekonomi desa dan keberlangsungan desa wisata itu sendiri.

Jaga Kebersihan, Jangan Tinggalkan Jejak Negatif

Sudah menjadi masalah klasik wisatawan datang, menikmati alam, lalu meninggalkan sampah. Di banyak desa wisata, infrastruktur pengelolaan sampah belum sebaik di kota. Maka, membawa kembali sampah pribadi adalah bentuk tanggung jawab sederhana namun sangat bermakna.

Bersikap ramah pada alam bukan sekadar tren, tapi tanggung jawab etis sebagai tamu yang baik.

Berinteraksi dengan Warga, Bukan Sekadar Melewati

Mengunjungi desa wisata bukan hanya tentang melihat-lihat, tapi mengalami. Cobalah berdialog dengan warga, ikut menenun, bercocok tanam, atau belajar membuat makanan tradisional. Hubungan antarmanusia yang terjalin inilah yang membuat desa wisata berbeda dari destinasi lain.

“Wisatawan yang mau belajar, bukan hanya menonton, biasanya lebih diingat dan dihargai oleh warga desa,” tutur Ibu Wayan, pelaku usaha homestay di Desa Penglipuran, Bali.

Desa Wisata Cermin Kearifan Lokal yang Perlu Dijaga

Dengan menjamurnya desa wisata di Indonesia, tantangan pun ikut tumbuh. Ketika pariwisata masuk tanpa etika, bisa terjadi kerusakan sosial, budaya, hingga alam.

Sobat Klikwartaku, mari jadi wisatawan yang bijak. Sebab, masa depan desa wisata tak hanya bergantung pada pemerintah atau warga lokal, tapi juga pada cara kita sebagai tamu menghormati mereka.

Jadi, sebelum kamu memesan tiket ke desa wisata berikutnya, pastikan kamu membawa kesadaran, rasa hormat, dan tanggung jawab. Karena bertamu bukan soal hadir, tapi soal menghargai.

 

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan