klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Tensi Global Naik dan Pasar Melemah, Tapi Stabilitas Keuangan Dalam Negeri Aman

Tensi Global Naik dan Pasar Melemah, Tapi Stabilitas Keuangan Dalam Negeri Aman

Ilustrasi keuangan

KLIK WARTAKU – Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyatakan bahwa stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) Indonesia tetap terjaga, meskipun dunia tengah diguncang oleh gejolak geopolitik Timur Tengah, tekanan pasar global, dan tren perlambatan ekonomi.

Pernyataan tersebut disampaikan Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 25 Juni 2025. Ia menegaskan bahwa OJK memantau secara ketat dampak eksternal terhadap kinerja industri keuangan nasional, dan menyusun kebijakan mitigasi risiko secara terukur.

“Ketegangan geopolitik dan tren pengetatan global menjadi faktor utama ketidakpastian. Tapi OJK melihat resiliensi sistem keuangan kita masih sangat terjaga,” ujar Mahendra dalam keterangan pers tertulisnya, kemarin.

Pasar Keuangan Indonesia Tahan Guncangan Global

Laporan OJK menunjukkan bahwa neraca perdagangan Mei 2025 kembali surplus, inflasi inti turun ke 2,37% (yoy), dan pertumbuhan ekspor sektor pertanian dan manufaktur meningkat. Di sisi fiskal dan moneter global, mayoritas negara mulai menerapkan kebijakan yang lebih akomodatif, termasuk antisipasi dampak dari kebijakan suku bunga tetap The Fed (4,25–4,50%).

Mahendra mencatat bahwa IHSG terkoreksi 3,46% mtd ke 6.927,68, dan investor asing mencatat net sell Rp8,38 triliun di Juni, namun nilai transaksi harian meningkat ke Rp13,29 triliun. Total fundraising pasar modal tetap tangguh, tembus Rp142,62 triliun, dengan 16 emiten baru dan 13 pipeline IPO.

“Volatilitas pasar memang tak bisa dihindari, namun tren penghimpunan dana masih menunjukkan kepercayaan yang kuat terhadap pasar domestik,” jelas Mahendra.

OJK juga mencatat penguatan indeks obligasi ICBI sebesar 1,18%, dan net buy asing sebesar Rp42,27 triliun secara ytd di SBN. Di sektor reksa dana, NAB mencapai Rp510,15 triliun, tumbuh 2,18% ytd.

Sektor derivatif keuangan mencatat nilai transaksi Rp135,3 triliun pada Juni, dengan volume tembus 591.381 lot. Sementara itu, Bursa Karbon mulai menunjukkan geliat, dengan volume 1,59 juta tCO2e dan nilai akumulasi Rp77,95 miliar.

Mahendra menilai dua sektor ini — derivatif dan karbon — sebagai bagian dari arsitektur pasar keuangan masa depan.

Penegakan Hukum

OJK telah menjatuhkan sanksi administratif senilai Rp28,3 miliar hingga pertengahan tahun, termasuk pencabutan izin usaha pada tiga entitas pelanggar. Terkait aksi buyback saham tanpa RUPS, sebanyak 43 emiten tercatat dengan nilai alokasi Rp22,54 triliun, dan Rp3,38 triliun telah direalisasikan.

“Stabilitas saja tidak cukup. Reformasi dan penguatan struktur keuangan tetap menjadi agenda utama. Kami akan pastikan OJK terus adaptif terhadap risiko global dan tetap menjadi pengarah arah pasar,” pungkas Mahendra.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan