Tarif Resiprokal AS Efektif 1 Agustus, Pasar dan Mitra Dagang Bersiap Hadapi Gejolak
KLIK WARTAKU – Pemerintah Amerika Serikat memastikan tarif resiprokal perdagangan baru akan mulai berlaku efektif per 1 Agustus 2025.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa keputusan tersebut bersifat final, meski Presiden masih dalam proses menetapkan besaran tarif dan struktur detilnya untuk masing-masing negara.
Pernyataan Lutnick, yang dikutip oleh Bloomberg, memberi sinyal bahwa mitra dagang utama AS masih diberi waktu untuk menegosiasikan kesepakatan sebelum tarif benar-benar diterapkan, menyusul tenggat awal yang sebelumnya ditetapkan pada 9 Juli 2025.
Tarif dasar ditetapkan sebesar 10%, namun bisa meningkat hingga 50% bahkan 70% terhadap negara tertentu.
Negara-negara BRICS menjadi sasaran tambahan dengan tarif ekstra sebesar 10%, menyusul kebijakan perdagangan yang dianggap “anti-Amerika” oleh pemerintahan Trump.
Pemerintah juga dikabarkan telah mengirimkan surat resmi peringatan tarif kepada sekitar 10–12 negara besar dan lebih dari 100 negara kecil.
Tenggat 9 Juli kini diperpanjang hingga 1 Agustus, memberikan jendela tambahan bagi negara-negara seperti India, Korea Selatan, Indonesia, Jepang, dan Thailand untuk menyelesaikan perundingan.
Beberapa dari mereka bahkan menawarkan imbal beli barang-barang asal AS dan pemangkasan tarif impor sebagai langkah kompromi.
Uni Eropa disebut tengah mengupayakan kesepakatan terbatas di tengah sengketa tarif sektor otomotif dan farmasi.
AS juga dilaporkan makin dekat dengan kesepakatan dagang baru bersama Inggris, Vietnam, dan China, terutama terkait komoditas strategis seperti bijih tanah jarang.
Kebijakan ini memicu respons negatif dari pasar global. Wall Street futures terkoreksi hingga 0,4%, indeks saham Asia melemah, dan harga minyak dunia ikut tertekan setelah OPEC+ memutuskan peningkatan produksi.
Di sisi lain, para ekonom memperingatkan bahwa tarif tinggi bisa memicu lonjakan inflasi serta memperberat risiko resesi di AS.
Analis memperkirakan harga barang-barang impor seperti smartphone dan kendaraan bisa meningkat drastis jika tarif diteruskan kepada konsumen.
Salah satu contohnya adalah harga iPhone, yang diproyeksi bisa melonjak hingga $2.300 per unit jika kebijakan ini diterapkan penuh.
Kritik juga datang dari kalangan CEO perusahaan besar AS. Pimpinan JP Morgan, Delta Airlines, dan BlackRock secara terbuka menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap kebijakan ini dan mendorong Gedung Putih agar menerapkan pendekatan perdagangan yang lebih terukur dan berjangka panjang.
Meski sejumlah gugatan hukum terhadap kebijakan tarif ini telah dilayangkan ke pengadilan perdagangan AS, implementasi kebijakan tetap berjalan sambil menunggu proses banding.
Dengan hanya beberapa pekan tersisa sebelum tarif diberlakukan penuh, pelaku pasar dan pemerintah mitra dagang AS memasuki fase negosiasi yang paling kritis.
Ketidakpastian masih menyelimuti hasil akhirnya, namun satu hal kini makin jelas: tarif bukan lagi ancaman, melainkan kenyataan.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage