klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Minyak Global Merosot: Output OPEC+ Tinggi & Stok AS Melimpah Picu Kekhawatiran

Minyak Global Merosot: Output OPEC+ Tinggi & Stok AS Melimpah Picu Kekhawatiran

Ilustrasi lifting minyak.

 

KLIK WARTAKU – Harga minyak dunia bergerak turun pada awal Juli 2025. Tekanan datang dari dua sisi, yaitu kenaikan cadangan minyak mentah AS yang jauh melebihi ekspektasi, serta langkah OPEC+ untuk menaikkan produksi mulai bulan depan.

Mengutip data pasar pada Kamis (4/7), harga Brent crude diperdagangkan di kisaran USD 68,30–68,51 per barel, turun sekitar 0,5% dari hari sebelumnya. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) turun ke kisaran USD 66,49–66,50 per barel, melemah sekitar 0,7%.

Data dari Energy Information Administration (EIA) mencatat cadangan minyak mentah AS naik sebesar 3,85 juta barel dalam sepekan terakhir.

Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 3,5 juta barel.

Kelebihan pasokan ini mempertegas kekhawatiran pasar akan potensi surplus global, apalagi ketika permintaan belum menunjukkan penguatan signifikan.

Dari sisi suplai global, OPEC+ mengumumkan akan menambah produksi sebesar 548.000 barel per hari (bph) mulai Agustus 2025.

Kebijakan ini diambil sebagai strategi untuk mempertahankan pangsa pasar, namun juga menciptakan risiko tekanan harga di tengah permintaan yang masih lesu.

Kebijakan tersebut menuai respons hati-hati dari pasar energi. Jika tak dibarengi dengan peningkatan permintaan signifikan, pasar dapat kembali memasuki fase oversupply yang memukul harga.

Geopolitik Tenang

Stabilitas geopolitik turut meredam harga. Iran menyatakan komitmennya terhadap kesepakatan nuklir, sementara ketegangan di kawasan Timur Tengah mereda. Tidak ada gangguan pasokan besar yang diperkirakan dalam waktu dekat.

Beberapa analis memproyeksikan, jika tren surplus pasokan berlanjut dan permintaan tak bergerak naik, harga Brent berisiko turun menuju USD 60 per barel dalam beberapa bulan ke depan. Saat ini, harga Brent telah berada sekitar 21% di bawah puncak tertingginya selama 12 bulan terakhir yang mencapai USD 87,95.

Penurunan harga minyak mentah global memberikan ruang bagi negara importir untuk menekan inflasi energi.

Namun, bagi negara dan perusahaan produsen, tren ini dapat menurunkan pendapatan dan memicu revisi rencana investasi jangka pendek.

Bagi Indonesia, harga minyak dunia yang lebih rendah bisa menjadi penopang fiskal dan meredam tekanan pada harga BBM dalam negeri, meskipun tetap bergantung pada kebijakan subsidi dan nilai tukar rupiah.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan