klikwartaku.com
Beranda Internasional Jonathan Barnett, Agen Olahraga Top Dunia, Dituduh Perbudakan Seks dan Pemerkosaan dalam Gugatan di AS

Jonathan Barnett, Agen Olahraga Top Dunia, Dituduh Perbudakan Seks dan Pemerkosaan dalam Gugatan di AS

Ilustrasi tuduhan serius kasus pemerkosaan, perbudakan seksual, dan penyiksaan dalam gugatan diajukan di Pengadilan.

KLIKWARTAKU – Jonathan Barnett, agen olahraga asal Inggris yang dikenal menangani bintang-bintang sepak bola seperti Gareth Bale dan Jack Grealish, tengah menghadapi tuduhan serius berupa pemerkosaan, perbudakan seksual, dan penyiksaan dalam gugatan perdata yang diajukan di Pengadilan Distrik Los Angeles, Amerika Serikat.

Seorang perempuan yang identitasnya dirahasiakan dan hanya disebut sebagai “Jane Doe”, mengklaim bahwa ia telah dipaksa pindah dari Australia ke Inggris oleh Barnett pada tahun 2017. Ia mengaku diperlakukan sebagai “budak seks” selama enam tahun dan mengalami pemerkosaan lebih dari 39 kali di berbagai lokasi, termasuk di Los Angeles.

“Saya diperdagangkan, disiksa, dan diancam selama bertahun-tahun,” kata korban dalam dokumen gugatan.

Barnett, yang kini berusia 75 tahun, membantah keras tuduhan tersebut. “Tuduhan ini tidak memiliki dasar dan sepenuhnya tidak benar,” ujar tim kuasa hukum Barnett. “Kami akan membela klien kami dengan tegas melalui jalur hukum yang sesuai.”

Dari Agen Terkuat ke Pusat Skandal

Barnett pernah dinobatkan sebagai agen olahraga paling berpengaruh di dunia oleh Forbes pada 2019. Ia mendirikan Stellar Group di London pada 1994, sebelum menjualnya ke agensi hiburan besar asal Hollywood, ICM Partners, pada 2020. ICM kemudian diakuisisi oleh Creative Artists Agency (CAA), yang saat ini menjadi salah satu agensi terbesar di dunia.

Dalam gugatan tersebut, CAA dan Stellar ikut dituntut, karena diduga mengabaikan adanya aliran dana mencurigakan kepada korban selama 2017–2023. Padahal korban bukan atlet maupun agen. Barnett bahkan disebut menyebut korban sebagai “slave” dalam email dari akun kerjanya.

Tuduhan Mengerikan dan Penyiksaan Brutal

Menurut dokumen pengadilan, Barnett pertama kali bertemu korban di London pada 1990-an dan kembali menjalin kontak pada 2017. Tak lama setelah itu, korban dan anak-anak remajanya pindah ke Inggris, dengan biaya relokasi yang ditanggung oleh CAA Stellar.

Setibanya di Inggris, Barnett disebut langsung menyatakan bahwa ia “memiliki” korban, dan malam itu juga memperkosanya di sebuah hotel.

Gugatan itu juga merinci dugaan penyiksaan mengerikan, termasuk memaksa korban minum urin, makan kotoran, diikat semalaman tanpa makanan dan air, serta menerapkan aturan ekstrem seperti menyebut Barnett dengan panggilan “My Master” dan larangan berkata “sakit”.

“Saat menyadari bahwa ia tak berdaya di bawah kendali predator berbahaya, Jane Doe memilih tunduk agar tidak dipukul atau dibunuh,” bunyi gugatan tersebut.

Respons Agensi dan Upaya Hukum

CAA menyatakan mereka baru mengetahui tuduhan ini tahun lalu saat tim kuasa hukum korban mengajukan permintaan penyelesaian dan sejumlah media mulai menyelidiki kasus ini. Dalam pernyataannya, CAA menegaskan Jane Doe tidak pernah menjadi pegawai, konsultan, atau mitra bisnis mereka.

“CAA menanggapi tuduhan seperti ini dengan sangat serius dan telah mendorong korban untuk segera menghubungi pihak berwenang di Inggris,” kata perwakilan agensi tersebut.

Pihak pengacara korban mengatakan bahwa kasus ini mencerminkan penyalahgunaan kekuasaan institusional tingkat tinggi, dan mereka tengah menuntut ganti rugi yang signifikan.

Skandal ini mengguncang dunia olahraga dan hiburan, serta membuka pertanyaan besar soal pengawasan dan tanggung jawab institusi besar terhadap tindakan para elitnya. Persidangan selanjutnya diperkirakan akan menjadi sorotan global.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan