klikwartaku.com
Beranda Internasional Siapa Dalai Lama dan Mengapa Ia Hidup dalam Pengasingan?

Siapa Dalai Lama dan Mengapa Ia Hidup dalam Pengasingan?

Ilustrasi tokoh spiritual paling dihormati dalam Buddhisme Tibet, Dalai Lama, saat berbincang dengan Barack Obama

KLIKWARTAKU — Dalai Lama, tokoh spiritual paling dihormati dalam Buddhisme Tibet, telah menjadi simbol perdamaian dunia dan perjuangan rakyat Tibet selama lebih dari enam dekade. Namun, tidak semua orang tahu alasan mengapa ia harus hidup dalam pengasingan sejak 1959.

Pelarian dari Tibet

Pada Maret 1959, saat pasukan China menumpas pemberontakan rakyat Tibet, Tenzin Gyatso, Dalai Lama ke-14 yang saat itu masih berusia 23 tahun, memutuskan untuk melarikan diri ke India. Dengan menyamar sebagai prajurit dan dipandu oleh para pengikut setianya, ia menempuh perjalanan berbahaya selama 15 hari melintasi pegunungan Himalaya sebelum akhirnya tiba di perbatasan India dan diberikan suaka oleh pemerintah India.

Langkah pelarian itu terjadi setelah rakyat Tibet mengepung istananya, khawatir atas undangan mencurigakan dari seorang jenderal China yang mengundangnya menonton pertunjukan tari. Ketakutan itu terbukti benar: China kemudian melancarkan penumpasan brutal yang menewaskan ribuan warga Tibet.

Sejak itu, Dalai Lama menetap di Dharamshala, India Utara, yang kini menjadi markas pemerintahan Tibet di pengasingan dan pusat budaya Tibet.

Anak Petani yang Jadi Pemimpin Rohani

Dalai Lama ke-14 lahir pada 6 Juli 1935 dengan nama Lhamo Dhondub di sebuah desa kecil di luar batas Tibet modern. Pada usia dua tahun, ia dikenali sebagai reinkarnasi dari Dalai Lama ke-13 dan kemudian diberi nama monastik Tenzin Gyatso.

Ia menerima pendidikan intensif dalam filsafat Buddha dan meraih gelar Geshe Lharampa, setara doktor dalam Buddhisme Tibet. Namun, pendidikannya terganggu ketika pasukan Komunis China mulai masuk ke Tibet pada 1950. Di usia 15 tahun, ia dipaksa mengambil alih kepemimpinan politik dan spiritual di tengah krisis.

Perjuangan Damai di Tengah Penindasan

Dalam pengasingan, Dalai Lama memulai misi besar: melestarikan budaya Tibet dan memperjuangkan nasib rakyatnya di panggung internasional. Ia menyampaikan pidato ke PBB yang mendorong pengesahan resolusi pada 1959, 1961, dan 1965 untuk perlindungan rakyat Tibet.

Dalai Lama mengusung pendekatan “jalan tengah”, yakni menuntut otonomi sejati bagi Tibet dalam kerangka kedaulatan China, bukan kemerdekaan total. Pendekatan damai ini membuatnya meraih Nobel Perdamaian pada 1989, dan ia dipuji karena menolak kekerasan meskipun rakyatnya mengalami penindasan.

Figur Dunia dan Kontroversi

Dalai Lama dikenal luas, tak hanya oleh umat Buddha, tetapi juga tokoh agama dan selebritas dunia. Ia menjalin persahabatan dengan tokoh-tokoh seperti Paus Yohanes Paulus II, Uskup Desmond Tutu, serta aktor Richard Gere dan Lady Gaga.

Namun, tidak lepas dari kontroversi, Dalai Lama menuai kritik setelah insiden pada 2023 ketika ia kedapatan dalam video meminta seorang anak “mengisap lidahnya”, yang kemudian ia klarifikasi dan minta maaf. Ia juga sempat dikritik karena komentarnya soal Dalai Lama perempuan yang “harus menarik” secara fisik, pernyataan yang juga telah ia klarifikasi dan sesali.

Pertanyaan Suksesi: Siapa Selanjutnya?

Sejak mundur dari peran politik pada 2011, Dalai Lama menyerahkan kepemimpinan politik kepada pemerintahan Tibet yang dipilih secara demokratis. Namun, usianya yang semakin lanjut (menginjak 90 tahun pada Juni 2025) menyulut kekhawatiran akan masa depan lembaga Dalai Lama.

Keraguan itu akhirnya terjawab. Dalam pernyataan resmi ulang tahunnya, Dalai Lama menegaskan lembaga Dalai Lama akan tetap berlanjut. Ia menyatakan hanya kantor resminya yang berwenang menentukan reinkarnasi berikutnya, menolak keras klaim China yang menganggap punya hak menunjuk penerus.

Dalai Lama juga menyatakan bahwa penerusnya harus lahir di “dunia bebas” di luar wilayah China.

Beijing vs Dharamshala: Pertarungan Legitimasi

Pemerintah China bersikeras bahwa penerus Dalai Lama harus disetujui Beijing sesuai “tradisi sejarah dan hukum nasional”. Namun, bagi komunitas Tibet dan banyak pengamat internasional, klaim tersebut dianggap tidak sah.

“China mungkin akan menunjuk Dalai Lama versi mereka, tapi dunia tidak akan mengakuinya,” kata Youdon Aukatsang, anggota parlemen Tibet di pengasingan. Ia menegaskan bahwa legitimasi Dalai Lama sejati berasal dari hati umat, bukan dari kekuasaan politik.

Warisan yang Terus Hidup

Meski hidup dalam pengasingan, Dalai Lama tetap menjadi suara moral dunia, membawa pesan perdamaian, belas kasih, dan toleransi lintas budaya dan agama.

Siapa pun yang akan menjadi reinkarnasinya kelak, yang jelas adalah semangat dan warisan Dalai Lama tidak akan pernah mati, baik bagi rakyat Tibet maupun bagi dunia yang terus mencari sosok pemimpin spiritual yang menjunjung tinggi kemanusiaan.***

 

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan